Dapur Umum (Rakyat) Solusi Menghadapi Krisis Pangan & Energi versi Rakyat
Alhamdulillah, kita panjatkan syukur kepada Allah SWT, bahwa wabah covid-19 dalam beberapa bulan terakhir sudah mereda atau melandai terus. Kegiatan ekonomi dan usaha di berbagai lokasi sudah mulai mengeliat.
Namun, tekanan yang dirasakan rakyat masih saja timbul, yaitu naiknya harga BBM yang biasanya diikuti harga kebutuahan sehari-hari seperti sembako, transportasi, dan lainnya. Dapat dibayangkan kedepannya, harga BBM akan semakin mahal dan semakin langka nampaknya, dan rakyat akan diminta ganti kendaraan ke versi listrik atau hybrid.
Tekanan lainnya belakangan muncul yang lainnya, yaitu rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi gas LPG 3Kg, bisa jadi kedepannya gas untuk kebutuhan rumah tangga ini akan semakin mahal dan langka juga. Yang akhirnya rakyat terpaksa juga mengganti kompor gas dengan kompor listrik. Apakah beban biaya kehiudpan rakyat pada umumnya ini akan semakin menurun? Secara logika sangat tidak mungkin menurun, bahkan akan sebaliknya biaya untuk hidup akan semakin tinggi.
Dan tekanan terbaru , Pemerintah telah menginformasikan bahwa tahun 2023 adalah awal tahun gelap, akibat akan terjadinya krisis pangan, energi, dan keuangan.
Jika dilihat dari sudut pendapatan rakyat apakah meningkat? Nah ini pertanyaan besarnya. Harga-harga serba naik, pendapatan rakyat belum tentu naik. Apakah rakyat kita menjerit-jerit, lalu protes ke penyelengara negara? Sejak dahulu rakyat kita terutama yang di daerah dan pelosok, jarang yang ikut hiruk pikuk demo di jalananan. Rakyat lebih memilih bekerja dan hidup seadanya, diam dan berdo’a, bersabar. Rakyat kita kebanyakan memang bener lebih banyak yang berada dilevel “wong cilik” yang sering dijadikan jargon salah satu partai politik.
Baiklah, penulis tidak ingin terhanyut dengan membahas masalah dan kondisi seperti diatas, lalu mengeluh dan protes, tapi mari kita cari upayakan solusi bersama agar efek tekanan ekonomi tersebut dapat saling membantu berbagi beeban dengan sesama dan secara perlahan pendapatan rakyat meningkat dengan berativitas bersama dalam kegiatan amal-usaha.
Kami dari Yayasan Pinter, mengajukan solusi sebagai lanjutan dari program “Ketahanan Pangan dan Kemandirian” salahsatunya dengan mendirikan “Dapur Rakyat atau Dapur Umum” di setiap lokasi tertentu, bisa mulai per desa/kelurahan dan lebih baiknya dibentuk oleh warga di setiap RT.
Mari kita diskusikan teknis pelaksanaan dari Dapur Umum tersebut di masing-masing area di tiap RT atau Desa. Secara manfaat, warga secara bergiliran bertugas memasak di Dapur Umum atau ada petugas khusus yang telah biasa masak atau jualan. Petugas masak dan yang terlibat berhak atas fee harian atau bulanan. Paket makanan diusahakan bisa mampu menyuplai ke semua warga di RT tersebut. Sebagai contoh teknis sederhananya sbb:
- Warga mengumpulkan rantang 4 tingkat ke Dapur Umum
- Petugas Dapur Umum melakukan penyiapan menu setiap harinya, belanja ke pasar, masak menu sesuai jadwal, lalu mengisi rantang warga.
- Warga mengambil rantang masing-masing untuk makan di rumah Bersama keluarga. Dapur Umum bisa sj menyediakan paket makan 2 kali per hari, misalnya Sarapan dan makan sore/malam. Makan siang warga masak dirumah atau makan di luar/di tempat kerja. Atau sesuai kesepakatan warga.
- Paket rantangan disepakati harganya yang terjangkau oleh werga namun bagi petugas Dapur Umum pun mendapatkan fee yang pantas.
Demikian tulisan kali ini, semoga gaagsan ini menginspirasi kita semua dan bisa dipraktekan di masing-masing lokasi tempat tinggal. Semoga dengan gagasan ini dapat mengurangi beban biaya bulana rakyat, walaupun tekanan harga-harga kebutuhan meningkat terus.
Link dokumen gagasan program “Ketahana Pangan dan Kemandirian” dapat didownload di link sbb :
http://pinter.or.id/static/lumbung-ketahanan-rakyat-mandiri-yapinter.pdf
Semoga bermanfaat.
Penulis : JJ. TRI , triharja@gmail.com


